Bandung, 7 Juni 2024 – Dalam upaya monumental untuk mengatasi nyeri kronis, Fakultas Kedokteran Universitas Pendidikan Indonesia (FK UPI) memulai kerjasama dengan Jakarta Pain Intervention and Sonologist International Conference (JPNSC) untuk mengadakan kuliah tamu pada tanggal 7 Juni 2024 di Fakultas Kedokteran UPI. Dekan FK UPI, Prof. dr. Hamidie Ronald Daniel Ray, M.Pd., Ph.D., membuka rangkaian kegiatan dengan penekanan pada pentingnya pengembangan kurikulum pembelajaran yang mencakup manajemen nyeri, khususnya dalam bidang Sport Medicine.
dr. Alif Noeriyanto Rahman, Sp. OT, FIPM, FIPP, CIPS, C. PSH, AIFO – K, President Elect Perkumpulan Dokter Intervensi Nyeri (PERDINI) dan Chairman 2nd JPNSC, melanjutkan dengan mengungkapkan visi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang bebas dari nyeri. “Kami berdedikasi untuk mempercepat edukasi dan inovasi dalam penanganan nyeri di Indonesia,” ujar dr. Alif.
Kegiatan ini diperkaya dengan kehadiran dua pembicara terkemuka dari Korea Selatan, Prof Lee Pyoung Bok (Dept. of Anesthesiology and Pain Medicine, Seoul National University Multidisciplinary Pain Center, Bundang Hospital) dan Prof Jin Woo Shin (Prof. in the department of Anesthesiology and Pain Medicine at Seoul ASAN Medical Center, Ulsan University in Korea), yang membahas inovasi Spinal Ballooning sebagai alternatif efektif untuk penanganan nyeri tulang belakang.
Keesokan harinya, tepatnya hari Sabtu, 8 Juni 2024, Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Pendidikan Indonesia menjadi tuan rumah dilaksanakannya Cadaveric Workshop Spinal Ballooning dengan kehadiran para pakar dari Korea Selatan yang dilaksanakan secara terbatas.
Sebagai penutup, kegiatan ini tidak hanya membuka jalan baru dalam penanganan nyeri di Indonesia, tetapi juga menandai era baru dalam pendidikan kedokteran yang berfokus pada Sport Medicine. Dengan dukungan dari para pakar internasional dan kolaborasi yang kuat, FK UPI berada di garis depan untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi para praktisi medis dan pasien di seluruh negeri.
Kita semua berharap bahwa melalui pertukaran pengetahuan dan pengalaman yang berharga ini, Indonesia tidak hanya akan menjadi pusat pengobatan nyeri terbaik di Asia Tenggara, tetapi juga akan menginspirasi negara-negara lain untuk mengikuti jejaknya. Dengan semangat inovasi dan dedikasi yang tak kenal lelah, kita dapat mengharapkan masa depan di mana nyeri tidak lagi menjadi hambatan bagi kehidupan yang berkualitas.
Kontributor : Humas FK UPI