Sejarah

Home » Sejarah

Sejarah FK UPI

Tatanan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur, khususnya dalam bidang kesehatan ditandai dengan: (1) terjaminnya ketahanan sistem kesehatan melalui kemampuan dalam melakukan pencegahan, deteksi, dan respons terhadap ancaman kesehatan global; (2) kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat yang ditunjukkan dengan jangkauan bagi setiap warga negara terhadap lembaga jaminan sosial yang lebih menyeluruh; dan (3) status kesehatan dan gizi masyarakat yang semakin meningkat serta proses tumbuh kembang yang optimal, yang ditandai dengan meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dan Healthy Life Expectancy (HALE). Kondisi tersebut menginspirasi UPI untuk mendirikan Program Studi Pendidikan Profesi Dokter yang akan menghasilkan dokter yang sesuai standar kompetensi dan memiliki keunggulan di bidang Kedokteran Olahraga pada pencegahan penyakit-penyakit degeneratif melalui aktivitas fisik.

Sejarah Program Studi Pendidikan Profesi Dokter ini tidak lepas dari Sejarah Lembaga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan yang menjadi bidannya. Tahun 1950 lembaga ini Bernama Lembaga Akademi Pendidikan Djasmani (LAPD), dan pada tahun 1956 menjadi Akademi Pendidikan Djasmani (APD) yang bernaung di bawah Universitas Indonesia. Kemudian pada tahun 1962 lembaga ini berubah menjadi Fakultas Pendidikan Djasmani (FPD) di bawah naungan Universitas Padjadjaran (UNPAD). Selanjutnya, pada tahun 1964 FPD ini berganti nama menjadi Sekolah Tinggi Olahraga (STO) yang berada di bawah Departemen Olahraga dan PTIP, kemudian di bawah pengelolaan Ditjen Olahraga dan Pemuda. Sejak tahun 1976, STO berada di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen P & K. Pada 22 Februari 1977, STO itu diintegrasikan ke IKIP Bandung yang kini menjadi UPI dengan nama Fakultas Keguruan Ilmu Keolahragaan (FKIK). Pada 20 Juni 1983, FKIK berganti nama menjadi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi pola hidup masyarakat yang mengakibatkan meningkatnya angka kejadian penyakit tidak menular, khususnya akibat aktivitas fisik yang kurang di kalangan masyarakat. Saat ini, Indonesia tengah menghadapi tantangan besar yakni masalah kesehatan triple burden, karena masih adanya penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) dan penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi muncul kembali. Pada era 1990an, penyakit menular seperti ISPA, Tuberkulosis dan Diare merupakan penyakit terbanyak dalam pelayanan kesehatan. Namun, perubahan gaya hidup masyarakat menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi). Tahun 2015, PTM seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner (PJK), Kanker, dan Diabetes justru menduduki peringkat tertinggi. Sampai dengan akhir Desember 2020, terdapat delapan penyakit katastropik dalam pembiayaan BPJS Kesehatan. Penyakit katastropik merupakan penyakit yang membutuhkan biaya tertinggi dalam pelayanan Kesehatan JKN.

Penyakit dengan biaya terbanyak yaitu penyakit jantung, yang membutuhkan hampir 8,3 triliun rupiah untuk pembiayaan. Penyakit jantung juga merupakan jumlah kasus penyakit yang terbanyak dibiayai oleh BPJS Kesehatan, yaitu sebanyak 11.592.990 kasus. Tingginya angka kejadian penyakit jantung koroner, diabetes melitus, penyakit-penyakit metabolik dan penyakit generatif lain seperti keganasan bahkan penyakit COVID-19 dapat terjadi akibat kekurangan aktivitas fisik. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada umur 15 tahun sebesar 2%. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan prevalensi diabetes melitus pada penduduk 15 tahun pada hasil Riskesdas 2013 sebesar 1,5%. Namun prevalensi diabetes melitus menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018.

Angka tersebut memperlihatkan bahwa pembiayaan BPJS Kesehatan saat ini masih terkonsentrasi pada segi kuratif atau pengobatan, sedangkan untuk promotif dan preventif hanya mengambil sedikit sekali porsi dari pembiayaan BPJS Kesehatan. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan RI secara khusus mengingatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan melalui gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) yang salah satunya dengan gaya hidup aktif guna mewujudkan Indonesia sehat dan bugar.

Dalam mengatasi berbagai macam masalah kesehatan di wilayah Jawa Barat, UPI memiliki rencana untuk berkontribusi dengan pengembangan kampus Fakultas Kedokteran UPI di Subang yang diharapkan membantu masalah kesehatan di wilayah PURWASUKA (Purwakarta, Subang, dan Karawang) serta mendukung pengembangan kawasan Rebana Metropolis di wilayah utara Jawa Barat melalui penyediaan dokter yang ahli di bidang tersebut.